Iseng mencoba bermain dengan ChatGPT, saya mengajukan sebuah pertanyaan sederhana: “Apa singkatan dari Forum Taman Bacaan Masyarakat?” Salah satu platform kecerdasan buatan ini langsung menjawab, “Singkatan dari Forum Taman Bacaan Masyarakat adalah Forum TBM.” Rasa penasaran membawa saya untuk mencoba mencari jawaban yang sama lewat mesin pencari Google, dengan mengetikkan kata kunci “Apa singkatan Forum Taman Bacaan Masyarakat?” Hasil teratas yang muncul yang tampaknya juga dipengaruhi oleh teknologi AI memberikan jawaban yang serupa: “Singkatan dari Forum Taman Bacaan Masyarakat adalah Forum TBM.” Menariknya, dalam situs resmi Forum TBM dengan alamat forumtbm.or.id, pada halaman yang memuat sejarah singkat, dijelaskan bahwa organisasi ini memang dikenal dengan nama Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM).

Berbagai temuan di ruang digital mengarah pada satu kesimpulan penting: organisasi yang berdiri pada 11 Juli 2005 dengan nama Forum Taman Bacaan Masyarakat secara resmi disingkat menjadi Forum TBM, bukan FTBM.
Namun, hasil penelusuran penulis di berbagai platform media sosial seperti Instagram, Facebook, hingga grup WhatsApp menunjukkan bahwa kekeliruan dalam penyingkatan nama organisasi ini masih sering terjadi. Forum Taman Bacaan Masyarakat kerap kali disingkat menjadi FTBM, bentuk singkatan yang tidak sesuai dengan nama resmi organisasi. Yang lebih ironis, kesalahan ini tidak hanya dilakukan oleh pihak luar, tetapi juga oleh kalangan internal, baik pengelola TBM maupun pengurus Forum TBM itu sendiri di semua jenjang kepengurusan.

Padahal, Forum TBM merupakan wadah berhimpunnya lebih dari 3538 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dari seluruh pelosok Indonesia. Forum ini bukan hanya sebuah organisasi, tetapi juga representasi dari semangat kolektif dalam membangun budaya literasi, memberdayakan masyarakat, serta memperjuangkan akses bacaan yang merata dan bermutu di seluruh negeri. Maka, menjaga nama baik dan identitas Forum TBM adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah, perjuangan, serta nilai-nilai yang diusung oleh gerakan literasi ini.
Apakah perkara ini sepele? Sebagian orang mungkin menganggapnya tidak penting. Mereka berpikir, selama program berjalan lancar, kegiatan literasi tetap hidup, dan masyarakat tahu bahwa FTBM yang dimaksud adalah Forum Taman Bacaan Masyarakat, maka tidak ada yang perlu dipersoalkan. Bahkan ada yang berpendapat, “Itu hanya soal teknis. Tak usah dibesar-besarkan.”
Namun, jika kita menempatkan diri dalam semangat literasi yang sejati—yang menjunjung ketelitian, ketepatan, dan kecermatan, maka penyingkatan nama organisasi bukanlah sekadar persoalan huruf. Ia adalah cerminan dari sikap, tanggung jawab, dan integritas. Kesalahan kecil yang dibiarkan terus-menerus bisa menjadi kebiasaan yang melemahkan marwah gerakan itu sendiri.
Bayangkan jika lembaga-lembaga besar lainnya seperti KPK, KPU, atau BPK disingkat secara sembarangan, tentu akan menimbulkan kebingungan, bahkan bisa merusak citra kelembagaan. Hal yang sama berlaku bagi Forum TBM. Menuliskan dan menyebut nama organisasi secara tepat adalah bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai literasi: kedisiplinan, ketelitian, dan rasa hormat terhadap sejarah perjuangan.
Oleh karena itu, sudah semestinya kita, terutama para pegiat TBM, mulai lebih sadar dan cermat dalam menyebut serta menuliskan nama organisasi ini. Edukasi publik perlu terus dilakukan, baik di media sosial, dalam surat-menyurat, hingga di materi-materi kegiatan. Pihak pengurus Forum TBM di berbagai jenjang juga dapat membuat panduan visual sederhana yang menjelaskan standar penulisan nama organisasi, agar tidak ada lagi kekeliruan di kemudian hari.
Gerakan literasi adalah tentang kebermaknaan. Maka, mari kita rawat kebermaknaan itu dari hal-hal yang tampak kecil, tapi sesungguhnya besar: dari satu nama yang ditulis dengan benar, dari satu singkatan yang dijaga martabatnya.
Salam Literasi!
Ditulis oleh : Hasan Achari Hrp (Ketua Forum TBM Sumbar)